[REVIEW] IT (2017)



Bagi penggemar karya Stephen King era 80-an jangan khawatir, film ini tetap menghormati film IT edisi sebelumnya yang sempat menjadi perbincangan pada tahun 1980-an, namun dengan cara yang lebih elegan dan disesuaikan dengan kualitas perfilman era sekarang.

film ini mendapatkan segalanya, mulai dari casting protagonis mudanya The Losers Club hingga suasana kota kecil Amerika yang tentram, sutradara Andy Muschietti telah berhasil membuat adaptasi sepenuhnya yang benar-benar mencerminkan karya Stephen King. sementara IT mungkin tidak sepenuhnya langsung menjadi 'Raja' dalam karya King (Stand By Me, Shawshank Redemption dan Misery) namun yakinlah, film ini menjadi sebuah masterpiece seorang King.

film ini sama seperti pendahunya, menceritakan sebuah kota terkutuk dimana setiap 27 tahun atau lebih selalu terjadi sebuah tragedi di kota itu, permasalahan remaja yang menghinggapi setiap ruang lingkup anak-anak di kota itu sampai beberapa masalah sosial. yahh,, persis kota yang baru berkembang.


film dimulai dengan adegan penculikan Georgie Denbrough yang mengerikan, paruh pertama seperti biasa kita akan diajak untuk diperkenalkan setiap tokoh, tempat dan awal mula kejadian-kejadian aneh yang selalu menaungi warga kota kecil ini.

dannn..... klub legendaris The Losers Club yakni sekumpulan remaja yang dikomandoi oleh remaja 'gagap' Bill Denbrough yang notabene adik dari Georguie. bersama teman-temannya, mereka bermaksud untuk menyelidiki tentang rentetan tragedi hilangnya orang-orang yang sering terjadi di kota mereka dan bahkan mulai dianggap itu adalah hal normal

Bill di bantu oleh Richie seorang jokester yang ramah, Eddie seorang anak penderita asma, Stanley seorang yang penakut, Ben adalah anak baru yang kelebihan berat badan, Mike yang dipenuhi dengan rasa bersalah tentang kematian orang tuanya, dan Beverly remaja cewek yang tomboi dengan permasalahan dengan ayahnya yang buruk. 

Bersama-sama mereka adalah The Losers Club, dan mereka sendiri memiliki kekuatan (entah mereka mengetahuinya atau tidak) untuk melawan kekuatan jahat di kota mereka, entitas supranatural yang mengambil bentuk badut bernama Pennywise. Pennywise adalah badut riang (persis patung McD, haha) dengan bakat untuk mengantar menu McD ehh.. maksudnya untuk menyerang Anda. haha

ia menyerang jika ada ketakutan dan rasa sakit yang terdalam pada diri Anda dan menggunakannya untuk melawan Anda (sekaligus membawa Happy Meal, haha).

(c)google.images
Banyak orang tahu (mungkin) IT dan Pennywise bukan dari novel, tapi dari miniseri tahun 1990, yang terkenal dengan Tim Curry-nya, Serial itu hampir tidak menakutkan seperti saat banyak dari kita melihatnya kembali pada siang hari, tapi tidak diragukan lagi itu tetap menjadi pokok genre horor era 90-an. Muschietti dengan bijak memusatkan perhatiannya pada bagian masa kecil buku ini dibandingkan dengan berputar-putar antara masa lalu dan masa kini. Ini terdapat didalam novel, dan pada tingkat yang berbeda-beda di miniseri, namun IT dengan benar membiarkan karakter muda - dan aktor muda yang hebat - untuk menjadi pusat perhatian tanpa harus berbagi waktu dengan rekan mereka yang lebih tua. Selain itu, anak-anak ini cukup baik untuk membawa seluruh film yang meraka perankan

Pennywise, diperankan oleh Bill Skarsgard, ada sedikit yang mengganggu Pennywise versi modern ini. Terlalu banyak penampilannya yang menggunakan CGI yang tidak perlu di dalamnya yang seakan mengurangi kesan horor klasik, membuatnya terlihat sedikit tidak real dan dengan demikian mengurangi hasil akhirnya.

Konon, ketika Skarsgard ketika pengerjaan make-up, ia diizinkan untuk memancarkan creepiness dan kejahatan tanpa gangguan digital, pengaruhnya sangat gila. Dia memang badut yang sangat mengerikan. (Meskipun penggemar berat Tim Curry's Pennywise mungkin masih lebih memilih penjelmaannya) 

kekuatan sebenarnya pada film ini adalah kekuatan pemeran yang ada didalamnya, semuanya fenomenal. Sejujurnya, tidak ada hubungan yang lemah antar plot mulai dari paruh pertama hingga akhir, sebagai kelompok mereka berinteraksi secara meyakinkan, sementara masing-masing memberikan kinerja yang menonjol saat diisolasi. Sulit untuk memilih MVP karena semuanya sangat bagus.

tapi mudah untuk benar-benar menikmati Finn Wolfhard yang menghipnotis Richie (nih anak punya komedi yang baik sumpah!). Beverly Sophia Lillis adalah karakter yang paling menghancurkan hati kita, karena dialah yang mungkin memiliki urutan paling kuat, dan aktris muda ini benar-benar menghadapi tantangan berat yang harus dihadapi. saya siap untuk peran di film selanjutnya, hehe

saya terpesona oleh betapa manisnya Jeremy Ray Taylor's Ben dan berapa banyak momen yang menghibur yang dimiliki Jack Dylan Grazer's Eddie. tottaly perfect


Film ini memiliki atmosfer ketakutan yang nyata, dan itu berkat Muschietti, yang membuat sudut cerita nostalgia dan menakutkan. Dia juga jelas tahu bagaimana mengatur bintang mudanya. Urutan saat kelompok mereka bersama, berkeliaran atau merencanakan langkah selanjutnya, memiliki nuansa otentik yang sangat penting untuk memastikan hal ini akan berhasil. Muschietti tahu bahwa membuat hubungan anak-anak terasa asli adalah kunci untuk mengangkat seluruh unsur di film.

The Losers Club telah ditampilkan dengan sangat epic, dan karena interaksi mereka meyakinkan dan mencengkeram. saya harus apresiasi, Sebagai sutradara horor, Muschietti sangat cakap, Muschietti benar-benar menunjukkan tajinya. Dia terbukti menjadi insinyur yang baik akan hal yang menakutkan. 

 

Posting Komentar

0 Komentar